Resepsi Khas Surakarta, Piring Terbang

Menghadiri resepsi pernikahan di Surakarta adalah hal yang sejak manda kecil menjadi kenangan yang selalu melekat di pikiran manda. Ya, resepsi gaya Solo yang dikenal dengan "piring terbang". Sekilas terdengar apakah ada hubungannya dengan benda luar angkasa UFO. Ternyata tidak ada hubungannya. Jelas-jelas resepsi gaya Solo "piring terbang" yang dimaksud adalah piring-piring yang beterbangan dari tangan pramusaji yang melayani setiap tamu yang hadir di resepsi pernikahan. Kali ini kita akan tamasya beberapa jam di kota Solo ya.

Muka Bantal

Resepsi pukul 10 pagi di jantung kota Solo, tepatnya di Jalan Slamet Riyadi. Tentunya, kami dari Jogja mengambil 2 jam waktu sebelumnya agar tidak kemrungsung dan tepat sampai tujuan. Karena nikahan kali ini terhitung nikahan sepupu satu trah keluarga musikanan, maka jemput menjemput pun dilakoni. 

Resepsi Khas Solo

Sesampainya di gedung, alhamdulillahnya acara belum dimulai. Masih tersedia banyak kursi kosong di areal dekat pelaminan dan panggung band. Unik ya, meja dan kursi ditata sedemikian rupa sehingga resepsi di kota Solo ini masih menjunjung budaya Jawa yang bukan prasmanan atau buffet sehingga tamu-tamu makan dengan berdiri. Di Solo, tamu-tamu dipersilahkan duduk terlebih dahulu dan di tiap meja sudah tersedia teh hangat manis atau nasgitel yang bebas diambil sendiri oleh para tamu undangan.

Manda dan panda mengambil posisi yang dekat dengan meja, sehingga tidak merepotkan orang lain jika hendak menaruh sesuatu di atas meja atau sekedar mengambil/mengembalikan gelas. Pada saat menghadiri resepsi di luar kota, selain tas, tak lupa manda membawa serta dompet yang biasanya berfungsi untuk membawa amplop yang akan dimasukkan sebagai pengganti kado, handphone dan tissue. 


Kudapan Pembuka

Kurang lebihnya hanya 15 menit dari pukul 10, pengantin perempuan memasuki gedung dan didudukkan di pelaminan. Kemana mempelai prianya? Ternyata setiap daerah meskipun sama-sama di Jawa, memiliki adat tradisi pernikahan yang berbeda. Kalau di Jogja, ada istilah tradisi "panggih". Setelah pengantin menempatkan diri dan tradisi pernikahan adat Solo selesai, para pramusaji mulai menerbangkan piring-piring kudapan manis kepada para tamu. Kali ini, cemilan khas Solo, yaitu : sosis solo sebagai makanan pembuka gurih ditemani dengan bolus gulung sebagai cemilan manisnya.

Sup Manten

Nah, sup ini yang selalu ngangenin buat manda. Sup manten Solo yang khas banget dengan kuah bening yang gurih. Isian yang khas ada kacang polong, galantin, sosis dan kembang tahu. Sayuran pelengkapnya bisa wortel dan kembang kol putih. Rasa gurih kuah dari sup manten ini sudah cukup mengobati kerinduan manda akan measa kecil saat banyak keluarga dari mama di Solo mengadakan resepsi pernikahan.

Makan Besar

Dalam tradisi piring terbang ini, para tamu undangan akan dilayani dari menu pembuka sampai menu penutup kurang lebih selama 2 jam. Selama menunggu menu selanjutnya diantar, kami dihibur dengan musik-musik padang pasir yang dinyanyikan oleh grup band yang personelnya keturunan Arab. Tibalah sepiring makan besar yang lengkap dengan lauk khas resepsi adat Solo. Baiklah, nasi dan beberapa lauk terpaksa disisakan karena memang porsinya bukan manda banget. *ecieh cieh diet di resepsi ya?

Es Puter dan Puding

Sebagai menu penutup, diantarlah es puter dan agar-agar untuk melancarkan saluran cerna. Kali ini manda separoan dengan panda karena memang hawa Solo kali ini panas dan rasanya minum es bukanlah solusi yang mendinginkan. Baiklah, sepiring berdua terlihat romantis bukan? 

Selat Solo Vien's

Setiap kali ke Solo, memori manda selalu teringat akan selat solo yang memang menjadi oleh-oleh yang segar dan pas ketika kita berkunjung ke kota ini. Karena adek dan ponakan tidak ikut serta, maka papa mampir membeli oleh-oleh Selat Solo di Vien's.

Roti Semir Orion

Kurang lebih pukul 12:30, kita masih di seputaran Solo dan tak lupa mampir membeli roti semir yang enak dan fenomenal di Solo, tepatnya roti semir Orion. Namun ternyata, roti semirnya habis. Dan dijanjikan pukul 2 siang baru ada. Kadong sudah sampai Solo, baiklah kita putar-putar mencari tempat menunaikan sholat dhuhur terlebih dahulu.

Masjid Wustho Mangkunegaran

Papa termasuk yang familiar dengan kota Solo, dulu sewaktu kami kecil kalau ingin menikmati nasi liwet Wongso Lemu, tak jarang kami wisata kuliner dari Jogja ke Solo. *jiwa kuliner ternyata turunan* Nah, untuk urusan denah Solo, papa bolehlah diandalkan. Sampailah kita di Masjid Wustho Mangkunegaran. Menunaikan solat dhuhur di tempat yang bernuansa sejarah. Tersedia mukena dan sajadah dengan saf pria dan wanita tidak dipisah melainkan diberi jarak meletakkan sajadah. Terdapat mimbar dari ukiran yang terkesan antik dan kuno. 

Masjid Bersejarah

Melihat ukiran dari mimbar yang ada di dalam masjid beserta ukiran hurup Arab di soko tiangnya, menandakan bahwa masjid ini merupakan masjid bersejarah dan tentunya megah di jamannya. Setelah cukup waktu beribadah dan mengambil beberapa gambar, kita pun melanjutkan perjalanan ke toko Orion *demi roti semir* dan melanjutkan perjalanan pulang ke Yogyakarta.

Toko Orion

Pukul 2 siang, kami tiba di toko Orion. Olala, roti semirnya "ludes" lagi. Siang itu memang beberapa pengunjung sudah sama-sama menunggu roti semir dikeluarkan, jadi begitu ditaruh langsung ludes diborong. Dengan muka agak kecewa, tiba-tiba melihat mbak-mbak pegawai keluar dengan membawa setumpuk roti semir yang siap ditata. Berebut dengan seorang ibu dari Semarang, akhirnya saya dapat 3 pack roti semir. Alhamdulillah.. Setidaknya pulang tidak dengan tangan kosong.

Salam,
manda

4 comments

  1. saya suka resepsi model begini, pake duduk, acara makan lebih rapi dan ga pake antri he

    ReplyDelete
  2. Cetakan nasinya lucu. Boleh juga nih kasih tahu ibuk *secara ibuk tukang katering hehehe

    ReplyDelete
  3. unik juga yah...semoga bisa dapet klien yg kondangan di SOLO :)

    ReplyDelete
  4. Namanya unik. Aku juga pernah ngalamin piring terbangnya Solo.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah meninggalkan jejak komentar di www.tamasyaku.com. Fast response, silahkan email ke suryani19ep@gmail.com ya. Mohon maaf untuk moderasi komentarnya. Salam, Manda