12 Hal Menarik Liburan ke Desa Wisata Teletubbies


"Sebuah bencana bisa menjadi berkah dari Tuhan"

Tahun 2006, gempa bumi mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya, tak terkecuali sebuah desa di daerah Nglepen, Prambanan yang mendapat imbasnya. Tanah berguncang, bergeser dan mengakibatkan satu desa ambles dan warganya kehilangan tempat tinggal.

Dari musibah tersebut, dibangunlah rumah Dome yang menjadi cikal bakal desa wisata di daerah Prambanan. Unik! Itu adalah kesan yang pertama kali diungkapkan oleh orang yang mendengar desa wisata rumah Dome tersebut dikenal dengan desa wisata Teletubbies


Kenapa desa wisata Teletubbies?


Ya, desa wisata teletubbies muncul setelah gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta di tahun 2006. Rumah dome yang berbentuk setengah lingkaran mengingatkan kita pada film anak Teletubbies, sehingga rumah dome tersebut akhirnya dikenal sebagai rumah teletubbies.


Rumah Dome atau rumah Teletubbies ini merupakan bantuan dari Lembaga Masyarakat Non-Pemerintah dan Domes for The World Foundation dengan donatur tunggal dari pembuatan rumah tersebut adalah Ali Alabar, seorang pemilik Emaar Property Dubai. Bulan September 2006, warga Nglepen Prambanan menerima bantuan berupa rumah Dome atau rumah teletubbies sebagai ganti rumah mereka yang terkena dampak gempa berupa tanah ambles.


Nah, kali ini, Manda berkesempatan untuk berwisata ke desa wisata Teletubbies ini dan akan berbagi cerita kepada sahabat tamasyaku tentang asyiknya traveling ke desa wisata Teletubbies ini. Ikuti yuk keseruan Manda dan Panda menjelajahi desa wisata Teletubbies.

1. Masuk ke dalam scene teletubbies


Nama gang yang ada di desa wisata Teletubbies ini dibuat berdasarkan tokoh teletubbies. Kebetulan kami kompak menggunakan kostum warna kuning kali ini, eh kebetulan ada gang Lala, dan cekrek wefie kita di gang Lala di desa wisata Teletubbies.


2. Melihat dari dekat rumah Teletubbies

Saat memulai tour keliling desa wisata Teletubbies, kita akan diajak untuk melihat salah satu rumah untuk merasakan berada di dalam rumah dome atau rumah teletubbies. Bangunan rumah berbentuk setengah lingkaran terdiri dari ruang tamu, 2 ruang tidur, dapur, dan bagian atasnya ruang keluarga serta ada space gudang di sana.


Mengingat rumah dome yang dibangun tidak memungkinkan untuk dibangun kamar mandi, maka kamar mandi dibuat di luar rumah dome dan digunakan bersama-sama dengan jumlah yang mencukupi untuk anggota keluarga di setiap rumah dome tersebut.




3. Berkeliling desa wisata Teletubbies

Setelah bertemu di meeting point yang direncanakan, yaitu di salah satu rumah teletubbies, kami pun bergegas untuk berkeliling ke desa wisata Teletubbies untuk bisa mengenal alam dan masyarakatnya. Menyenangkan karena kita bisa belajar banyak dari sekeliling. Terutama untuk anak-anak, semakin bisa diajak bereksplorasi tentang sesuatu hal yang ditemui saat berperjalanan.

Berfoto di depan rumah Dome dengan tim villageria.com

Pertama kali menuju ke Galeri Rumah Dome yang berada di dusun Nglepen, Sengir, Sumberharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Di dalam galeri rumah dome tersebut, kita akan melihat beberapa dokumentasi dari pembangunan rumah dome ini, beberapa peralatan yang masih bisa diselamatkan dari tanah ambles, dan foto-foto kejadian saat sebelum dan sesudah bencana terjadi.

Sesaat perasaan kita memang terhanyut terbawa suasana, sebuah rasa empati terhadap saudara kita yang tertimpa musibah tanah ambles sebagai akibat dari gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta tahun 2006. Namun sekaligus menjadi termotivasi, karena mereka mampu bangkit dari keterpurukan dan membangun kembali desanya, hingga menjadi lebih maju dan bisa menjadi desa wisata seperti sekarang ini. Semuanya pasti terjadi karena ada harmoni dari seluruh warganya untuk bisa saling memotivasi untuk bangkit.

4. Melihat dari dekat aktivitas warga.


Berkunjung ke desa wisata biasanya merupakan trip satu hari penuh. Di sini kita akan melihat dan merasakan dari dekat kealamian dari desa dan masyarakat yang kita kunjungi. Seperti salah satunya, melihat dari dekat kandang sapi dan kandang ayam, tempat warga Nglepen bekerja sebagai peternak.

Suasana! Itu yang membuat kita belajar dari sebuah perjalanan ke desa wisata. Bau sapi, bau ayam, bau jerami dan diijinkan untuk memberi makan ternak jika sedang ada warga yang melakukannya. Sebuah pengalaman yang seru yang belum tentu ada di kota.


5. Berjalan dan menyusur desa wisata untuk lebih mengenal rasa.

Merasakan berjalan di perkampungan warga dan ikut hanyut dalam ramah dan hangatnya sapa warga lokal di Yogyakarta. Siapa yang tidak kenal dengan keramahan lokal masyarakat Jogja? Warga yang kita jumpai di sepanjang perjalanan, akan memberikan senyum, menyapa dengan sapaan khas Jawa dan kita pun merasa sebagai warga Jogja untuk sesaat. 

Seperti pada lirik lagu Kla project : "tiap sudut menyapaku bersahabat"


Warga di desa wisata Teletubbies ini juga mempunyai fasilitas PAUD dan KB untuk mendukung kegiatan belajar mengajar pada anak usia dini dan menjadi sarana sosialisasi bagi anak-anak di desa wisata Teletubbies tersebut.


Waktu sudah semakin siang ketika kita diajak berkeliling di desa wisata Teletubbies ini. Ternyata memang seharian dan berakhir di bukit Teletubbies untuk melihat sunset. Wow! Bisa dibayangkan ya, betapa butuh fisik yang kuat untuk bisa berkeliling dan mendaki bukit untuk melihat sunset di bukit Teletubbies.

6. Mengenal alam dimulai dari Belik Wunut


Mengenal Belik Wunut, belik adalah mata air di tengah ladang yang dijadikan tempat mengambil air untuk kebutuhan rumah tangga warga sekitar. Belik Wunut ini menjadi istimewa karena menurut penuturan pemandu wisatanya airnya berasa manis. Beberapa dari kami pun, mencobanya dan boleh membawanya ke dalam botol plastik.


7. Belajar membuat emping garut dari kelompok warga binaan.

Bersama ibu RW yang menggerakkan warganya
ini Garut
Belajar proses pembuatan emping Garut

Garut yang sudah dipanen, kemudian dikukus dan lalu dipotong-potong seprti pada gambar berikut.


sudah bisa dimakan dan rasanya enak.

Garut tersebut sudah bisa dimakan dan rasanya enak. Namun, hasil akhir dari garut ini adalah emping, maka pada kesempatan ini, kita pun mendapat pelatihan singkat cara mengolah garut menjadi emping garut. Dengan menggunakan alat penggepuk, kita memarkan garut yang sudah dipotong-potong seruas ibu jari, lalu dengan alat semacam palu dari kayu kita memarkan lagi hingga tipis dan kemudian dijemur.


Nah, setelah kering dan digoreng, rasanya menyerupai emping namun rendah kolesterol karena berasal dari garut. Siap disajikan bersanding dengan makanan kecil lainnya yang mencerminkan kehidupan kekeluargaan khas masyarakt di desa wisata Teletubbies ini.



8. Napak tilas ke Tanah Ambles

Waktu sudah semakin siang dan perjalanan kita lanjutkan dengan menyusuri jalan yang mulai mendaki menuju ke tanah ambles. Tempat dimana warga Nglepen dulu pernah tinggal, sebelum tanah bergeser dan mengambleskan desa tempat mereka tinggal.



9. Berkunjung ke Studio Biru

Mengenal sosok seorang Rendra, yang mengusahakan ada taman membaca bagi warga usia sekolah di daerahnya. Berbekal kemauan yang keras, Rendra menjadikan mimpi untuk bisa mempunyai studio baca pun akhirnya terwujud. Dengan keterbatasannya, studio biru mulai terlihat menjadi sanggar membaca yang koleksinya pun semakin lengkap. Dengan didukung dari banyak pihak, studio biru ini menjadi tempat yang menyenangkan untuk belajar.



Rendra sendiri tak habis akal untuk memberi fasilitas internet di studio biru miliknya. Pengadaan sinyal internet untuk studio biru difasilitasi dengan menggunakan alat yang terbatas. Dari keterbatasan, Rendra mampu menarik mendapatkan sinyal untuk bisa berinternetan secara wifi di sanggar baca miliknya.


Dengan penuh semangat, seorang Rendra mempunyai mimpi agar seluruh masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang gemar membaca untuk memperluas wawasannya. Apapun dibaca dan diserap ilmunya, demikian ujarnya. Kami pun berfoto dengan salam L, Literasi.


Seperti apa sosok Rendra? Bisa dilihat dari facebooknya : Studio Biru.

10. Mencicipi kuliner desa wisata yang nJawani.

Memasuki saat makan siang, kamipun menuju ke ruamh warga yang memang sudah ditunjuk untuk menyiapkan makan siang untuk kami pada hari itu. Mencicipi sajian rumahan khas warga yang nJawani banget. Siang itu, setelah berjalan lumayan jauh, lodeh dan ayam goreng pun terasa nikmat disantap saing itu. Terlebih es rujak degan disiapkan untuk kami yang kehausan oleh panas setelah berkeliling desa wisata Teletubbies tersebut.


11. Bonus bertemu Teletubbies

Sepanjang perjalanan di trip desaa wisata Teletubbies ini, Manda tidak sendirian. Ada gadis kecil yang menamani perjalanan ini. Sepanjang perjalanan, dia adalah motivasi Manda untuk juga tetap kuat berjalan dan tidak merengek. Gadis kecil itu terlihat bersemangat dari awal sampai akhir. Tidak rewel dan menggemaskan sekali tingkahnya. Gadis kecil ini selain cantik, juga istimewa karena bertutur dengan bahasa jawa.


Gadis kecil itu termotivasi sampai ke bukit teletubbies karena akan berjumpa dengan teletubbies. Dan bonus untuk gadis kecil itu, di sore hari di akhir perjalanan kita, dia akhirnya bertemu dengan teletubbies. Senangnyaaa!


12. Menjemput sunset di bukit Teletubbies


Sebuah perjalanan mengajarkan kita banyak hal, dan seperti itulah yang kami rasakan dalam trip ke desa wisata Teletubbies kali ini. Banyak hal yang bercampur aduk dalam hati dan benak Manda. Tentang sebuah arti kesyukuran, tentang arti kekeluargaan, tentang arti kesehatan, tentang arti mipi dan motivasi, tentang arti Dia yang Maha Segalanya yang menjadi Pemilih Alam Semesta ini.


Sore itu, kita mengantarkan mentari pulang ke peraduannya dari bukit Teletubbies. Dan dengan rasa kebersamaan, kita diuji untuk berjalan pulang kembali ke bawah dengan senter dan menutup kebersamaan malam ini dengan cerita yang pasti akan terkenang. Bersyukur kita semua sehat dan selamat kembali ke titik awal perjalanan ini.

Selamat berperjalanan dan belajar dari apa yang dijumpai di setiap perjalanan.

15 comments

  1. Yaa ampun ternyata ada desa yang ambles :(
    Ide arsitekturnya keren ya apalagi tata ruangnya juga bagus.

    ReplyDelete
  2. Ini deket kosku, tapi aku belum pernah ke sini. Hahaha....

    ReplyDelete
  3. Kalau inget perjalanan buat dapat sunsetnya..plus perjalanan baliknya..mantap..

    ReplyDelete
  4. Cie..foto terakhirnya bikin daku envy..hihi..tyt rumah dome dalamnya luas jg ya..

    ReplyDelete
  5. Garut itu sejenis umbi manda? Baru denger kudet nih

    ReplyDelete
  6. Benar-benar bencana yang menjadi berkah ya, Manda. Anak-anakku pasti seneng banget tuh liat sapi dari dekat. Kalau emaknya udah pasti, ngincer kulinernya! Hihi. Semoga bisa menjelajah Jogja, someday. Manda siap jadi guide tournya kan? *eh :p

    ReplyDelete
  7. Wah, keren, menyulap daerah rawan gempa menjadi daerah yang berpotensi secara ekonomi. Saya baru sempat melihat lewat berita doang manda. Hihihi, moga bisa juga berkunjung kesana.

    ReplyDelete
  8. tempatnya menyenangkan walaupun punya kenangan buruk tapi mampu bangkit kembali dengan suasana baru bahkan bisa memberdayakan masyarakat untuk wisata. keren dan salut

    ReplyDelete
  9. Ada rencana mau gowes ke daerah ini, tapi belum kesampaian.
    Sekilas lihat itu ada teletabisnya besar gitu..hehe
    Tambahin foto sunsetnya dong, Teh, pengen lihat kalau sorenya..

    ReplyDelete
  10. Aku jadi penasaran buat berkunjung kak, seperti paket komplit jika berkunjung ke desa teletubbies. Dari sejarah dan napak tilas, kuliner, wisata alam sampai kegiatan belajar membaca ada disana.

    Pengen deh datang langsung

    ReplyDelete
  11. setahun tinggal di jogja tahun 2008-2009 baru kali ini dengar desa teletubis. keren desanya.

    ReplyDelete
  12. Ya ampun, lala sama tingky wingky kenapa gak ngajakin Po sih???

    ReplyDelete
  13. Keren rumahnya, menurutku seperti bagunan iglo malah 😍

    ReplyDelete
  14. yaampun studio biru, jadi kangen bocah2. beberapa tahun yang lalu nyaris tiap minggu kesini main sama anak-anak sanggar.

    mbak ini kunjungannya uda lama apa baru ya? katanya sekarang komoleks rumah dome udah dicat warna-warni jadi semacam kampung pelangi

    ReplyDelete
  15. asyik bangeet jalannya mbaaa...banyak tempat baru yang saya belum pernah kunjungi

    ReplyDelete

Terima kasih sudah meninggalkan jejak komentar di www.tamasyaku.com. Fast response, silahkan email ke suryani19ep@gmail.com ya. Mohon maaf untuk moderasi komentarnya. Salam, Manda