Tinggal di komplek perumahan buat Manda adalah hal yang menyenangkan. Dimanapun tinggal, kalau kita merasa nyaman dengan tempat yang kita tinggali, tentunya menjadi lingkungan yang menyamankan. Tinggal di kota, di komplek perumahan ataupun tinggal di perumahan elit tentunya butuh beberapa adab yang menurut Manda ingin sedikit menuliskannya di blog Manda.
Adab Bertetangga di Perumahan Elit
Karena tetannga adalah saudara terdekat kita. Itu adalah caption yang sudah umum kita dengar, kita tulis dan kita baca setiap kali menemukan keadaan yang membutuhkan peran tetangga terdekat untuk mengulurkan bantuannya. Demikianlah hidup bertetangga, makna lebih dekatnya adalah kerukunan.
Jadi makin penasaran ingin melanjutkan membaca adab bertetangga di perumahan elit, ya kan?
1. Urusi urusan sendiri.
Kebanyakan dari hubungan bertetangga dirusak oleh sikap ngurusi orang lain yang berlebihan. Misalnya, ngurusin jodoh anak tetangganya, ngitungin jumlah anak yang dimiliki tetangga, bahkan paling ekstrim ngitungin jumlah mobil tetangganya, hahahahaha. Begitulah yang terjadi di lingkungan sekitar kita, semua hubungan akan tidak harmonis jika yang diurusi adalah tentang rumah tangga orang lain. Padahal apa yang kita lihat, belum tentu itu yang terjadi di kehidupannya.
Kita, tetangganya yang nota bene adalah orang luar, hanya kenal tetangga dari luarnya saja, maka jangan pernah mencampuri urusan dalam negeri tetangga kita.
Karena yang kita nilai dengan kalimat : "kasihan ya tetangga depan", padahal sebenarnya yang perlu dikasihani adalah yang sedang mengasihi. Hidup bertetangga tidak memerlukan mengasihani berlebihan orang lain, hiduplah berdampingan dengan rukun dan damai, sehingga keharmonisan terjadi.
Lalu, apakah ini mutlak terjadi di semua kehidupan bertetangga? Tentunya tidak, setiap adat budaya masyarakat memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadiannya. Demikianlah mengapa Manda menuliskan judul di perumahan (elit).
2. Jangan ingin tahu berlebihan (KEPO).
Yeaaayy, KEPO, 4 huruf yang bisa menjadi panjang 4 paragraf bahkan 4 postingan tentang KEPO. Bukan kipo, cemilan manis khas kotagede Yogyakarta lho. KEPO adalah keingintahuan yang besar akan sesuatu yang terjadi pada diri orang lain.
Kepo inilah yang sebenarnya menjadi awal dari sebuah permusuhan dalam hubungan bertetangga. Mulai dengan kepo rumah tangga orang lain dari asisten rumah tangganya saat berbelanja. Atau lebih parah lagi, ada ART yang dipakai bersama-sama di lingkungan perumahan. Senin di rumah bu A, selasa di rumah bu B, selasa di rumah bu C, dan seterusnya sampai hari Minggu.
Tidak bisa menyalakan ART yang "turah lambe" atau "lambe turah" yang hobinya menjual cerita untuk bisa mengurangi jam kerjanya hanya untuk menjelek-jelekkan keluarga satu dan keluarga yang lain. Hmmm, ART macam begini mah sudah saya pecat! #eh berhentikan (supaya lebih sopan).
3. Mengutamakan kepentingan umum.
Hubungan apapun jika ingin damai yang utama adalah mengutamakan kepentingan umum. Bagi yang tinggal di perumahan elit dengan jalan perumahan dan kantong parkir yang disediakan memang luas dan diatur (seperti di apartemen), mungkin tidak menjadi soal.
Hanya saja, ketika kita tinggal di perumahan biasa, masalah parkir mobil adalah hal yang mudah sekali memercikkan api kebencian dan dendam antar tetangga. Bagaimana tidak? Setiap keluarga (baca : rumah) tentunya punya kebutuhan untuk dikunjungi oleh teman atau saudaranya, kalau depan rumah memiliki mobil lebih dari satu dan diparkir di depan rumahnya, lalu bagaimana orang lain bisa memarkir mobil di depan kita.
Jalan adalah milik bersama, milik kepentingan umum. Sudah sewajarnya jika jalan yang menjadi fasilitas umum tidak digunakan untuk kepentingan pribadi seperti parkir mobil karena tidak memiliki garasi atau mobilnya lebih dari satu.
4. Tetangga adalah keluarga, oleh karenanya saling menegur dan silaturahmi.
Bertetangga adalah mempunyai keluarga baru di kanan, kiri, depan dan belakang. Oleh karenanya, sesibuk-sibuknya kita, berusahalah untuk menyapa dan ikut dalam kegiatan masyarakat. Tidak sempat karena waktu ekerja yang memang tidak bisa ditinggalkan, maka berbagilah.
Suatu waktu di hari Sabtu, kita libur dan memasak pisang goreng, maka saatnya berkunjung dan menyapa tetangga kita dengan membagikan pipsang goreng tersebut kepadanya. Dan suatu waktu di hari Minggu kita liburan ke suatu kota dan meninggalkan rumah, bolehlah setidaknya keripik tempe diantarkan untuk tetangga di samping kita untuk menjaga silaturahmi dengannya.
5. Jangan memaksa.
Hidup bertetangga membutuhkan toleransi, dari kata toleransi itu bisa diartikan jangan memaksa. Sebagai tetangga, kita hanya boleh mengajak untuk acara-acara warga dalam bentuk undangan. Selain itu di jalur umum seperti wa grup biasanya kita juga sudah mengajak.
Sebagai tetangga yang dekat, mungkin kita boleh lah melakukan japri dan mengajaknya turut serta, namun perlu dipahami bahwa mengajak itu bukan berarti memaksa. Setiap orang dewasa sudah memiliki konsekuensi untuk memilih apa yang dilakukan. Pun, warga di dalam masyarakat, mereka akan tahu konsekuensi dengan tidak terlibat di acara yang ada di lingkungan sekitarnya.
Kalau buat Manda, tetangga adalah keluarga yang paling dekat, makanya sebisa mungkin untuk bisa mengikuti acara penting yang diselenggarakan secara umum yang menasional, seperti : tirakat, lomba tujuhbelasan, syawalan dan arisan PKK.
6. Pahami pikiran setiap orang berbeda.
Memahami bahwa pikiran setiap orang berbeda-beda adalah kunci hidup harmonis.
7. Pahami watak setiap orang beraneka rupa.
Memahami watak dari tetangga kita adalah tugas kita supaya hati kita selalu merasa damai. Biarkan saja tetangga kita dengan wataknya, selama kita sudah kenal dengan wataknya, itu bukan menjadi masalah yang besar yang bisa menganggu kebahagiaan saya sebagai tetangganya.
8. Lapangkan hati dan buka pintu maaf seluasnya.
Bagian ini yang paling penting yang harus dibangun dan disadarkan dari dalam diri kita. Membuka pintu maaf yang seluas-luasnya. Tidak mungkin lah semuanya akan berjalan sangat baik setiap waktu. Dan tidak mungkin bahwa semuanya akan mulus. Setiap hubungan interaksi pasti ada celah untuk kita menjadi lebih dekat lewat sebuah konflik.
Hanya saja, bagaimana konflik itu menjadi tidak besar dan tidak berkepanjangan, itu adalah tugas kita sebagai tetangga untuk bisa memaklumkan dan memaafkan banyak hal dalam adab bertetangga di perumahan.
Semoga tips dari Manda bisa bermanfaat untuk sahabat tamasyaku yang saat ini sedang mencari informasi tentang bagaimana seharusnya bertetangga itu.
Aku termasuk korban bertetangga yg kena kekepoan dan dikasihani, hehe. Aakkk Manda jadi pgn curhat
ReplyDeleteBerarti dirimu menarik, punya talenta dan lebih dari tetanggamu. ^_^
DeleteAku tinggal di kampung mbak meskipun Malang, tetapi banyak teman yg mengira di perumahan hihi.
ReplyDeleteEmang kalau tinggal di perumahan itu ada etikanya ya, meski prumahan kecil maupun elit hehe
Iya mama Ivone, etika yg kutulis berlaku utk bertetangga pada umumnya.
DeleteDi perumahan elit tidak boleh disewakan sebagai kos2an, jadi Manda gak perlu sewot kl tinggal di perumahan elit.
ReplyDeleteHihihi jadi berasa satpam kos2an ni. Wkwkwkwk
Deletedi rumah elit, buksn sama tetangga suka cuek ya
ReplyDeleteBelum tinggal di perumahan elit mba. Cuma tergantung pembawaan orangnya juga kali ya. Siapa sih yg gak suka punya banyak saudara, ya kan?
Deleteterima kasih mba nice tipsnya. kebayang arisan di rumah elit gimana ya
ReplyDeleteJangan dibayangin mba, kita coba yuk. Afirmasi tinggal di perumahan elit. Aamiinn
Deletetapi biasanay kalau di perumahan hanya sekedar bertegur sapa ay, beda kalau di desa , semua kenal samapi detail . ada positif dan negatifnya ya
ReplyDeleteNah, kepo dan kasihan ini yang paling sering terjadi pas bertetangga. Mostly sih ini adab bertetangga secara umum ya, meskipun di area perkampungan cenderung lebih akrab sampe semua tetangga tahu urusan rumah masing-masing
ReplyDelete"Jangan ingin tahu berlebihan (KEPO)."
ReplyDeleteSetuju dengan poin yang ini, tapi memang terkadang saya pribadi juga KEPO akan hal yang sedang terjadi dengan harapan bisa membantu sedikit.
Tapi takut juga kalau di-salah-sangka-in, ujung-ujungnya serba salah deh...
Hihihi kepo tu biasa kalau tinggal di kampung :D
ReplyDeleteKalau di perumahan eit mungkin jarang ketemu kali ya, jd gk terlalu akrab, eh tp gk tau lg kalau kegiatan kompleknya aktif :D
Haaaaa kayaknya itu semua gak cuma berlaku di komplek elit deh mbak, lebih bgus di semua lingkungan. Kalo itu semua diterapkan pasti nyaman.
ReplyDelete