Sarangan, Jawa Timur

Telaga Sarangan,



Manusia hanya berhak berencana, namun Tuhanlah yang menentukan.
Kesempatan kali ini kita akan berwisata sampai perbatasan Jawa Timur. Rencana kami sebelumnya ingin ke Bromo, namun karena kurang persiapan akhirnya kita hanya sampai di Sarangan. Perjalanan kami ke Sarangan diawali sarapan pagi di SALAMAH, Klaten dengan menu opor dan ayam kremesan.
Hmmmm... nikmat menggoyang lidah.

Kami sepakat untuk mengambil jalur aman melalui Yogyakarta-Klaten-Surakarta-Sragen-Trinil-Magetan-Sarangan yang menempuh lama perjalanan kurang lebih 4,5 jam. Jangan lupa sesudah sragen (Sebelum memasuki kawasan hutan) kalian bisa membeli oleh-oleh jeruk bali dengan patokan harga 9 ribu per kilo. Sebagai co-pilot suamiku, aku harus jeli melihat peta untuk mengambil jurusan yang tepat agar sampai di Sarangan. Kami sarankan bagi yang ingin bepergian sebaiknya mencari info tentang objek wisata yang ingin dikunjungi beserta peta lokasinya. Hal ini sangat membantu berkaitan dengan jarak yang akan ditempuh, penginapan dan pakaian yang hendak di bawa (seperti: baju renang, baju ganti, dan baju hangat).


Pemandangan mulai terlihat indah dari ketinggian ketika kita hampir sampai di Telaga Sarangan. Rupanya kami baru sadar bahwa kami belum booking hotel di saat orang-orang ingin merayakan Tahun Baru 2009. Sungguh suatu keberuntungan, akhirnya kita bisa bermalam di Hotel Merah 2. Menurut blog yang kubaca, kisaran harga penginapan di Sarangan antara 250 - 400 ribu, tetapi dengan fasilitas kamar tidur untuk 4 orang, kamar mandi tanpa air panas dan televisi (tanpa antena luar) kita harus merogok kocek 650 ribu. waduh waduh ... Namun demikian, kami bersyukur karena tidak bermalam di mobil, he3x...


Setelah memasukkan barang-barang dan merebahkan diri sejenak, kami bangkit untuk menikmati Telaga Sarangan yang hanya berjarak 50 meter dari penginapan. Di sekitar Telaga, banyak dijumpai penjual sate kelinci (yang merupakan makanan khas dari Sarangan), pedagang buah-buahan dan penjual oleh-oleh khas Sarangan (kripik ubi ungu dan brem). Selain itu, kuda-kuda bersliweran di antara para pengunjung Telaga Sarangan. Setelah melewati kepadatan, akhirnya kami bisa melihat Telaga Sarangan. Pemandangannya baguuuuus sekali. Hamparan pegunungan yang mengitari telaga dan kabut yang datang dan pergi menawarkan eksotika telaga yang menakjubkan. Kita bisa duduk-duduk di sekeliling telaga lho ...


Melihat kapal-kapal boat yang bersliweran di Telaga seakan mengajak kami untuk bergabung dan mengagumi keindahan sekeliling Telaga lebih dekat. Biaya sekali putaran dengan menggunakan kapal boat sekitar 40 ribu dan ada juga becak air yang ditarif 30 ribu per jamnya. Subhanallah ...
Sekali lagi pemandangan sekitar Telaga lebih indah apabila dilihat dari dekat. Kami pun berencana untuk berjalan-jalan keesokan paginya. Tak terasa waktu berangsur sore dan menjelang malam Tahun Baru 2009 suasana bertambah riuh dan macet. Ternyata fenomena tahun baru bagi masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang istimewa, terlihat dari banyaknya kembang api dan mercon yang sudah mulai dinyalakan sejak pukul 7 malam. Kami memutuskan untuk tidur awal dan bangun dini hari untuk menikmati suasana malam Telaga Sarangan dan pesta kembang api menyambut Tahun Baru 2009.


Karena udara yang begitu dingin dan rasa lelah perjalanan, ayah (sebagai promotor jalan-jalan pagi) tidak jadi jalan pagi menyusuri telaga, he he he ... Setelah sarapan pagi yang disediakan hotel, kami sekalian packing untuk pulang. Akhirnya, ayah sempat mengelilingi telaga dengan menunggang kuda yang sekali putaran ditarif 65 ribu (insya Alloh aman karena pawang kuda jinak ikut menyebelahi sepanjang perjalanan). Kami pun ikut mencoba dan ternyata lelah sekali duduk di atas punggung kuda, he he he ...


Setelah waktu beranjak siang, kami pun berangkat pulang dengan mengambil rute Sarangan - Poncol - Jatisrono - Wonogiri - Bulu - Klaten - Yogyakarta yang menempuh lama perjalanan 5 jam. Memang terkesan lebih jauh, tapi pemandangan yang ditawarkan lebih segar daripada rute yang dilalui melalui kota.

Selamat menikmati,
ima-ep

Kawah Putih, Bandung, Jawa Barat



Salah satu objek wisata di Bandung, Jawa Barat yang "recommended" buat dikunjungi selain Tangkuban Perahu. Di objek wisata ini, kalian bisa mengunjungi wisata air panas di "Situ Patenggang".

Perjalanan kami dari Arcamanik (daerah Sukamiskin) kurang lebih sekitar 3 jam, setelah mampir ke Gedung Sate untuk membeli bekal makan siang "Nasi Bakar 15". Sebagai bahan informasi, kita akan melewati beberapa titik kemacetan kota Bandung lho. Semakin dekat dengan daerah tujuan, kita akan disuguhi pemandangan lembah yang sangat menawan dan kebun-kebun stroberi yang disiapkan bagi para wisatawan untuk memetik sendiri buah stroberi yang hendak dibeli. Sewaktu kami berwisata di Kawah Putih, kami melewatkan membeli "manisan kulit jeruk", kami sarankan untuk membeli manisan sebelum sampai di Kawah Putih agar tidak lupa membeli karena ketiduran ketika perjalanan pulang.

Pemandangan yang ditawarkan di sepanjang perjalanan menuju Kawah Putih sangat menakjubkan. Hamparan lereng-lereng gunung dan lembah sangat menyegarkan mata setelah lelah oleh rutinitas pekerjaan. Bisa kalian bayangkan jalanan menuju Kawah Putih tidak berbeda dari jalanan menuju Ketep (Magelang), Dieng (Wonosobo), Kopeng (Salatiga), atau Tawangmangu (Karanganyar). Karena letaknya di dataran tinggi maka kalian harus waspada akan datangnya kabut yang tiba-tiba. Tak usah khawatir berlebihan jika kabut datang. Menurut pengalaman kami, kabut hanya lewat kurang lebih 20 menit di depan kami. Tadinya kami merasa kecewa tidak bisa menikmati Kawah Putih, tapi ... Sang Pencipta berkehendak lain dan kami tiba di kawasan Kawah Putih dalam cuaca yang cerah. Perhatikan juga bahwa jalanan menuju Kawah Putih berliku dan banyak tanjakan. Tak perlu khawatir jika kalian berwisata dengan bis pariwisata karena ada "mobil omprengan" yang siap mengantarkan kamu dan rombongan menuju Kawah Putih.

Tibalah kami di pintu masuk kawah Putih dan harus membayar retribusi. Entah karena hari Minggu atau bagaimana, bagian retribusi tidak mempunyai patokan harga. Untunglah sopir kami (bandung tea), so hanya membayar 50 ribu untuk 6 orang + 1 mobil, he he he ...

Di bagian bawah sebelum sampai ke Kawah Putih, para muda mudi bisa menikmati "Arena Permainan" yang memang disediakan sebagai permainan uji nyali ATV (All Terrain Vehicle) seraya menikmati hutan wisata Kawah putih.

Sesampainya di atas, kawasan parkir penuh dengan kios-kios yang menjual stroberi dengan harga relatif murah. Mungkin saja karena bulan Desember adalah bulan panen stroberi. Kami membeli 1 mika besar hanya dengan harga 9 ribu. Selain buah stroberi, beberapa pernak pernik dengan tema stroberi juga dijual di kawasan parkir ini. Kami sempat membeli bantal stroberi dengan harga 25 ribu (lumayan mahal untuk bantal biasa). Setelah membeli stroberi, tentunya ingin segera menyantapnya bukan?


Berikut tips untuk menikmatinya: Kantung plastik (kresek) yang dipakai sebagai bungkus stroberi diisi air mineral. Kemudian, stroberi dibuka dan dicuci di kantung plastik tersebut. Cukup dengan membawa kantung plastik isi air dan stroberi didalamnya, kita bisa comat comot menikmati stroberi sepanjang perjalanan.
Subhanallah ... Wonderful ...



Udara yang begitu dingin menusuk tulang tidak menyurutkan kebesaranNya dengan menciptakan pemandangan seelok ini. Bau belerang yang tidak terlalu menusuk mulai tercium pada saat kita melewati tangga menuju area Kawah Putih. Apabila kalian lupa membawa HP/Kamera, bisa memanfaatkan jasa foto langsung jadi hanya dengan merogoh kocek 10 ribu per foto.

Kami menikmati liburan ke Kawah Putih dengan perasaan bahagia ...

"Rabb, sungguh mengagumkan segala yang Kau ciptakan di muka bumi ini"



ima-ep